Aku,
Kamu, dan Dia
Oleh:
Muhammad Rizky
Aku bersama kegalauanku. Sebuah dilema yang
menghampiriku untuk pertama kalinya. Aku benar-benar tak tahu mana itu cinta
mana itu nafsu.
Dua sosok gadis yang selalu hadir dalam
hari-hariku. Mereka adalah adik kelasku
dan juga anggotaku dalam satu kegiatan ektrakulikuler. Dan kebetulan pula
mereka saling berteman.
Fany dan Dian, yang membuat inbox di HP ku
selalu penuh dengan sms. Aku tak tau apakah mereka menyadari atau tidak bahwa
mereka berada dalam sebuah monopoli cinta.
Di sekolah mungkin aku terlihat lebih akrab
dengan Fany. Aku sering bertemu dengannya di jembatan gedung sekolah untuk
sekedar ngobrol dan bercanda. Aku meras aorang tidak akan berfikir macam-macam
tentangku, Karena di sekolah aku menjabat sebagai ketua OSIS yang banyak
berhubungan dengan siapapun baik laki-laki ataupun perempuan.
Jam istirahat tiba, tak sengaja ketika aku melewati kantin sekolah, aku melihat
para siswi tengah menggosip. Secara tidak segaja, aku mendengar obrolan para siswi
itu. Ternyata mereka sedang menggosipiku dekat dengan banyak gadis. Tetapi karena
dasarnya aku masa bodo-an dengan gosip, aku
mengabaikan gosip itu yang nantinya juga akan tertelan ombak dengan sendirinya.
Aku jarang sekali bertatap muka dengan Dian. Dia memang pendiam dan agak pemalu di depan
umum. Sikap ini membuatku lebih mudah dalam
menjalankan peranku dalam permainan monopoli cinta ini.
Pulang sekolah, seperti biasa alsky sahabat karibku selalu main kerumahku sampai
menjelang sore.
“Gw lihat Dian orangnya lumayan manis dan
putih Rik, dan juga banyak Cowo-cowo yang suka sama dia,” cetus Alsky yang
sedang serius dengan permainan gamenya
“Tapi Fany juga manis loh Ky walaupun dia
engga seputih Dian tapi Fany tubuhnya elok dan banyak yang suka juga tuh
cowo-cowo sekelasnya.”
“upsss.. kok gw jadi nyebutin bagian
tubuh,” Tambahku pada alsky
“Yahh biasa aja Rik, wajar kali, lu kan
udah puber,” timpal bola matanya melihat kelangit- langit dan meneruskan
gamenya.
“Yahh
biasa aja Rik, wajar kali,lu kan udah puber,”timpalAlsky sambil bola matanya melihat kelangit- langit dan
meneruskan gamenya. “oh iya
Rik, dah jam lima sore nih gw balik dulu yak, udah jangan galau, keliatan kali
muka lu kalo lagi galau hahahaa,”
“Yee... sok tau dah lu, yaudah hati-hati pulang
jangan ngebut nanti masuk angin lagi kaya kemarin hahahaa,” balasku tak mau
kalah.
Mendengar kata Alsky, aku mulai merasa aneh. Entah kenapa aku mulai membayangkan bagian
tubuh perempuan.Apakah ini nafsu?,
Biasanya
hanya sekedar sifat dan wajah saja. Aku
galau dengan pikiranku. Apakah ini memang sudah takdir remaja puber?!
“Ka Riki besok mau ga
jalan-jalan malam tahun baruan sama Fany:D ?“ Sms Fany membuyarkan pikiranku di sore hari ketika aku
sedang asik membaca novel. Tapi aku tidak buru-buru membalas. Aku malah teringat
dengan Dian. Panjang umur!
Beberapa saat kemudian Dian sms.
“Kaka besok kan malam tahun baru, kaka mau
kemana rencananya?”
Sudah kutebak pasti Dian
juga berencana ingin mengajakku jalan besok.Seketika itu aku mulai galau.
“Bagaimana ini? Apa
yang harus kulakukan?” Gumamku dalam hati. Aku tidak bisa mengambil keputusan
secepat ini. Harus ada waktu bagiku memikirkannya.
“Fany, ka Riki belum
tau besok bisa atau enggak, soalnya temen ka Riki kemarin juga sudah ada yang
ngajakin, besok ka Riki kabarin lagi ya :),” pesanku dalam sms kepada Fany.
Kemudian kepada Dian,
aku membalas “Belum tau de besok ada beberapa teman ngajakin jalan tapi belum
tau ikut atau enggak, Dian besok kemana?”
“Nah, Dian pingin ngajak kaka jalan-jalan
rencananya ke monas malam tahun baruannya ka, gimana kaka bisa gak ?” Dian
membalas.
“Besok ya de kaka kabarin lagi bisa atau engga
takutnya keluarga kaka juga ada acara :).”
“Iya kaka ditunggu
kabarnya.”
Sungguh bagiku Dian
begitu polos dengan gaya bicaranya yang sopan.
“ky gimana nih? Kira-kira gw pergi dengan Fany
atau dengan Dian, ya?” tanyaku
pada alsky, “yah lo malah galau
lagi, mana gua tahu kan elu nya yang suka!” sahut
Alsky yang juga tidak memberikanku ide untuk mengatur jalannya cerita ini.
Esok harinya menjelang
malam tahun baru.
Kulihat jam sudah
menunjukkan jam 16.00.
Kemudian
kulihat ada pesan masuk di hp, “Kaka maaf ya ade enggak jadi ngajak jalannya,
malam ini ada acara dengan keluarga dirumah.”
Dengan bahasa agak kecewa
sambil terseyum kecil aku membalas, “Iya de gak apa-apa mungkin kita bisa jalan
lain kali.”
It’s a great time. Dengan
begitu aku langsung menelpon Fany yang sedang menunggu kabar sejak kemarin
sore.
“Hallo Fany”
“Iya ka Riki, gimana ka jadi malem ini?”
“Tentu jadi de, kaka kosong kok malem ini”
“Wahh Fany seneng banget... kalo gitu jemput Fany ya jam delapan di
rumah?”
“Oke de, oh ia kaka belum tau kan rumah Fany
dimana?”
“Ohh iadeh ka Riki kan belum pernah maen
kerumahku, kaka tau kan pertigaan kiwi mau ke cijantung, kaka masuk ke komplek
sari asri nanti aku tunggu depan rumah, kabarin ya ka kalo sudah sampai.”
“Iya de ka Riki siap-siap dulu ya, sampai
ketemu nanti”
Aku langsung bergegas mandi dan setelah
makan malam aku langsung mengambil kunci motor dan jaket merah kesukaanku. Sekitar jam tujuhan aku berangkat ke rumah Fany.
Jarak rumahku dengan rumah Fany cukup jauh.
Kondisi jalan kota metropolitan yang juga super macet. Kira-kira
membutuhan waktu satu jam perjalanan. Itupun sudah
dengan
kecepatan penuh, bak maling
dikejar polisi.
Aku melihat Fany dengan kemeja putih lengan
pendeknya berdiri pas di depan rumahnya. Aku tak bisa memalingkan mata ini dari
dirinya yang begitu menghipnotis. Ini adalah jalan pertamaku dengan Fany. Kami pergi ke taman pion di daerah Cijantung. Dari
sini,kami bisa melihat indahnya
letusan kembang api dari berbagai
penjuru.
“Gimana de malem ini?” tanyaku memancing.
“Malam
ini indah sekali, apalagi bisa bersama dengan ka Riki”
“Hehe
bisa aja, Fany.”
Dalam hati sebenarnya mau bilang gombal,
tapi demi menjaga etis seorang kaka kelas, aku harus menahan canda layaknya
seorang teman.
“Oh iya
ka Riki udah lama ya jomblo semejak putus dari ka Teny?” Obrolan Fany benar-benar mencairkan suasana
pada malam itu. Walaupun
kadang hampir menyerempet ke hal pribadi yang membuatku harus mengalihkan
pembicaraan. Walau terasa begitu dekat,tapi aku masih belum bisa mengutarakan perasaan
cinta kepadanya.
Entah mengapa aku belum mendapatkan sebuah chemistry
untuk mengucapkan sebuah cinta kepada Fany yang sudah menghiburku malam ini.
Hampir larut malam. Akhirnya, aku
mengantarkan Fany untuk pulang. Angin
malam dan udara yang dingin membuat mata
terasa ingin terpejam.
Aku merasa Fany sudah mulai mengantuk, dan sepertinya
tangannya mulai melingkar di
pinggangku serta menyandarkan
tubuhnya dibelakang punggungku. Situasi
ini membuatku tak dapat bicara apa-apa. Pikiranku
bertanya kenapa bisa seperti ini? Apakah ini sebuah tanda ataukah ketidak sengajaan Fany?!
Aku hanya merasakan hangat dan nyaman saat itu, namun juga membuatku berfikiran
tak karuan. Hingga terasa sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin karna aku
belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Beberapa hari setelah
malam tahun baru itu.
Hari berjalan seperti
biasanya. Aku dan Fany tidak pernah membicarakan momment ketika malam tahun baru itu, apalagi moment
pulang saat di atas sepeda motor. Aku tak tahu kenapa kita tidak menjadikan
itu sebagai topik obrolan saat
bertemu. Karna saat itu aku sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara PENSI
yang tinggal beberapa hari lagi, aku tidak terlalu memikirkan hal ini berlarut-larut.
Saat-saat seperti ini aku malah mendapatkan
perhatian lebih dari Dian. Entah
mengapa akhir-akhir ini Dian begitu perhatian.
Ketika di selang acara makan-makan dengan
teman-teman OSIS untuk merayakan kesuksesan PENSI sekolahku. Aku iseng-iseng
sms Dian.
“Sore Dian, lagi apa de?”
“Lagi dirumah aja kaka, sambil baca-baca
buku, kaka lagi apa?”
“Ini mau makan-makan de, Dian mau ikut ga?
”
“Boleh ka, mau makan dimana?”
“Dirumah
teman kaka, lagi acara makan bareng temen-temen OSIS de, ayoo kaka jemput ya?”
“Yaah maaf ya ka, kalo bareng teman-teman kaka Dian ga mau ikut.”
“Yaudah,
nanti kapan-kapan kita maka bareng yuk!”
“Iya
kaka, makannya yang banyak yah ka :)”
Sms-an
dengan Dian membuat hatiku sejuk
walaupun udara begitu panasnya. Aku tidak tahu mengapa perasaanku mulai tersentuh oleh Dian, tapi aku juga mengingat Fany yang juga menemani hari-hariku kemarin.
Malam itu di tengah kegalauanku karna dua
gadis ini. Aku sms Dian
secara tidak sadar.
“Malem de, sebenarnya
kaka suka sama kamu tapi mungkin ga ya kita jadian?”
Ketika pesan itu
terkirim, aku kaget sekali. Aku tidak berpikir secara matang untuk mengirim
pesan itu. Dan tiba-tiba ada pesan masuk dari Dian.
“Loh kenapa gak
mungkin! ga salah kok kak kalo kita jadian.”
Sontak aku makin
kegirangan gak jelas melihat balasan sms dari Dian. Segera kubalas smsnya, “Kalau gitu Dian mau donk
jadi pacar kaka?”
Setelah mengirim sms
itu aku makin deg-deg-an tak karuan apa pesan yang akan masuk nantinya.
“Ade mau kok jadi
pacar kaka.” Melihat jawaban sms Dian yang dengan polosnya menerimaku,
aku kegirangan sambil loncat-loncat di atas kasur dan mengeluarkan beribu ekpresi senang. Akhirnya aku
menemukan siapa pemenang dalam
permainan monopoli cinta ini.
Beberapa hari kemudian Fany mengirim sms
kepadaku, “Oohhhh jadi sekarang jadian nih sama Dian, cukup tau!!!”
Setelah membaca sms itu aku kaget, aku baru
ingat bahwa Fany juga berteman dengan
Dian. Aku akan galau sekali jika Dian tahu bahwa aku juga dekat dengan Fany
sebelumnya.
Esoknya di sekolah aku bertemu dengan Dian.
Dia berkata seraya menangis, “Kaka aku barusan dilabrak Fany, sebenarnya ada
hubungan apa sih kaka sama Fany?”
“Kaka ga ada hubungan apa-apa de dengan
Fany,” jawabku.
“Terus kenapa Fany tiba-tiba bilang kalau
Dian merebut kaka dari Fany?”
“Oke kaka jujur, sebenernya dulu memang
kaka dekat dengan Fany, tapi entah kenapa, hati kaka lebih memilih kamu
daripada dia, dan sekarang kaka tidak ada perasaan sama sekali pada Fany”
jelasku panjang lebar.
Beberapa hari kemudian
aku mendengar bahwa Fany
jadian
dengan sahabat dekatku sendiri. Aku tidak tau bagaimana kisah mereka. Tapi di
hari-hari berikutnya aku menemukan sms dari Fany yang berkata, “Ka Riki, aku
kalo ngeliat kaka pake jaket merah itu, aku jadi teringat pada malam tahun baru
itu dan aku ingin seperti itu kembali...”
Aku tidak tau maksud
dari sms Fany dan aku hanya membalas, “Kaka pingin de,nanti kita bareng-bareng
ya berempat ke tempat itu lagi pada malam tahun baru.”
Dan aku mendapat dan
memilih cinta dari pada nafsu.
0 komentar:
Posting Komentar