Rabu, 09 Juli 2014

Cerpen Aku, Kamu dan Dia


Aku, Kamu, dan Dia
Oleh: Muhammad Rizky
Aku bersama kegalauanku. Sebuah dilema yang menghampiriku untuk pertama kalinya. Aku benar-benar tak tahu mana itu cinta mana itu nafsu.
Dua sosok gadis yang selalu hadir dalam hari-hariku. Mereka  adalah adik kelasku dan juga anggotaku dalam satu kegiatan ektrakulikuler. Dan kebetulan pula mereka saling berteman.
Fany dan Dian, yang membuat inbox di HP ku selalu penuh dengan sms. Aku tak tau apakah mereka menyadari atau tidak bahwa mereka berada dalam sebuah monopoli cinta.
Di sekolah mungkin aku terlihat lebih akrab dengan Fany. Aku sering bertemu dengannya di jembatan gedung sekolah untuk sekedar ngobrol dan bercanda. Aku meras aorang tidak akan berfikir macam-macam tentangku, Karena di sekolah aku menjabat sebagai ketua OSIS yang banyak berhubungan dengan siapapun baik laki-laki ataupun perempuan.
Jam istirahat tiba, tak sengaja ketika aku melewati kantin sekolah, aku melihat para siswi tengah menggosip. Secara tidak segaja, aku mendengar obrolan para siswi itu. Ternyata mereka sedang menggosipiku dekat dengan banyak gadis. Tetapi karena dasarnya aku masa bodo-an dengan gosip, aku  mengabaikan gosip itu yang nantinya juga akan tertelan ombak dengan sendirinya.
Aku jarang sekali bertatap muka dengan Dian. Dia memang pendiam dan agak pemalu di depan umum. Sikap ini membuatku lebih mudah dalam menjalankan peranku dalam permainan monopoli cinta ini.
Pulang sekolah, seperti biasa alsky  sahabat karibku selalu main kerumahku sampai menjelang sore.
“Gw lihat Dian orangnya lumayan manis dan putih Rik, dan juga banyak Cowo-cowo yang suka sama dia,” cetus Alsky yang sedang serius dengan permainan gamenya 
“Tapi Fany juga manis loh Ky walaupun dia engga seputih Dian tapi Fany tubuhnya elok dan banyak yang suka juga tuh cowo-cowo sekelasnya.”
“upsss.. kok gw jadi nyebutin bagian tubuh,” Tambahku pada alsky
“Yahh biasa aja Rik, wajar kali, lu kan udah puber,” timpal bola matanya melihat kelangit- langit dan meneruskan gamenya.
 “Yahh biasa aja Rik, wajar kali,lu kan udah puber,”timpalAlsky sambil bola matanya melihat kelangit- langit dan meneruskan gamenya. “oh iya Rik, dah jam lima sore nih gw balik dulu yak, udah jangan galau, keliatan kali muka lu kalo lagi galau hahahaa,”
 “Yee... sok tau dah lu, yaudah hati-hati pulang jangan ngebut nanti masuk angin lagi kaya kemarin hahahaa,” balasku tak mau kalah.
Mendengar kata Alsky, aku mulai merasa aneh.  Entah kenapa aku mulai membayangkan bagian tubuh perempuan.Apakah ini nafsu?, Biasanya hanya sekedar sifat dan wajah saja. Aku galau dengan pikiranku. Apakah ini memang sudah takdir remaja puber?!
“Ka Riki besok mau ga jalan-jalan malam tahun baruan sama Fany:D ?“ Sms Fany membuyarkan pikiranku di sore hari ketika aku sedang asik membaca novel. Tapi aku tidak buru-buru membalas. Aku malah teringat dengan Dian. Panjang umur! Beberapa saat kemudian Dian sms.
 “Kaka besok kan malam tahun baru, kaka mau kemana rencananya?”
Sudah kutebak pasti Dian juga berencana ingin mengajakku jalan besok.Seketika itu aku mulai galau.
“Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?” Gumamku dalam hati. Aku tidak bisa mengambil keputusan secepat ini. Harus ada waktu bagiku memikirkannya.
“Fany, ka Riki belum tau besok bisa atau enggak, soalnya temen ka Riki kemarin juga sudah ada yang ngajakin, besok ka Riki kabarin lagi ya :),” pesanku dalam sms kepada Fany. Kemudian kepada Dian, aku membalas “Belum tau de besok ada beberapa teman ngajakin jalan tapi belum tau ikut atau enggak, Dian besok kemana?”
 “Nah, Dian pingin ngajak kaka jalan-jalan rencananya ke monas malam tahun baruannya ka, gimana kaka bisa gak ?” Dian membalas.
 “Besok ya de kaka kabarin lagi bisa atau engga takutnya keluarga kaka juga ada acara :).”
“Iya kaka ditunggu kabarnya.”
Sungguh bagiku Dian begitu polos dengan gaya bicaranya yang sopan.
“ky gimana nih? Kira-kira gw pergi dengan Fany atau dengan Dian, ya?” tanyaku pada alsky, “yah lo malah galau lagi, mana gua tahu kan elu nya yang suka!” sahut Alsky yang juga tidak memberikanku ide untuk mengatur jalannya cerita ini.
Esok harinya menjelang malam tahun  baru.
Kulihat jam sudah menunjukkan jam 16.00. Kemudian kulihat ada pesan masuk di hp, “Kaka maaf ya ade enggak jadi ngajak jalannya, malam ini ada acara dengan keluarga dirumah.”
Dengan bahasa agak kecewa sambil terseyum kecil aku membalas, “Iya de gak apa-apa mungkin kita bisa jalan lain kali.”
It’s a great time. Dengan begitu aku langsung menelpon Fany yang sedang menunggu kabar sejak kemarin sore.
“Hallo Fany”
“Iya ka Riki, gimana ka jadi malem ini?”
“Tentu jadi de, kaka kosong kok malem ini”
“Wahh Fany seneng banget... kalo gitu jemput Fany ya jam delapan di rumah?”
“Oke de, oh ia kaka belum tau kan rumah Fany dimana?”
“Ohh iadeh ka Riki kan belum pernah maen kerumahku, kaka tau kan pertigaan kiwi mau ke cijantung, kaka masuk ke komplek sari asri nanti aku tunggu depan rumah, kabarin ya ka kalo sudah sampai.
“Iya de ka Riki siap-siap dulu ya, sampai ketemu nanti”
Aku langsung bergegas mandi dan setelah makan malam aku langsung mengambil kunci motor dan jaket merah kesukaanku. Sekitar jam tujuhan aku berangkat ke rumah Fany.
Jarak rumahku dengan rumah Fany cukup jauh. Kondisi jalan kota metropolitan yang juga super macet. Kira-kira membutuhan waktu satu jam perjalanan. Itupun sudah dengan kecepatan penuh, bak maling dikejar polisi.
Aku melihat Fany dengan kemeja putih lengan pendeknya berdiri pas di depan rumahnya. Aku tak bisa memalingkan mata ini dari dirinya yang begitu menghipnotis. Ini adalah jalan pertamaku dengan Fany. Kami pergi ke taman pion di daerah Cijantung. Dari sini,kami bisa melihat indahnya letusan kembang api dari berbagai penjuru.
“Gimana de malem ini?” tanyaku memancing.
Malam ini indah sekali, apalagi bisa bersama dengan ka Riki”
Hehe bisa aja, Fany.Dalam hati sebenarnya mau bilang gombal, tapi demi menjaga etis seorang kaka kelas, aku harus menahan canda layaknya seorang teman.
“Oh iya ka Riki udah lama ya jomblo semejak putus dari ka Teny?” Obrolan Fany benar-benar mencairkan suasana pada malam itu. Walaupun kadang hampir menyerempet ke hal pribadi yang membuatku harus mengalihkan pembicaraan. Walau terasa begitu dekat,tapi aku masih belum bisa mengutarakan perasaan cinta kepadanya. Entah mengapa aku belum mendapatkan sebuah chemistry untuk mengucapkan sebuah cinta kepada Fany yang sudah menghiburku malam ini.
Hampir larut malam. Akhirnya, aku mengantarkan Fany untuk pulang. Angin malam  dan udara yang dingin membuat mata terasa ingin terpejam. Aku merasa Fany sudah mulai mengantuk, dan sepertinya tangannya mulai melingkar di pinggangku serta menyandarkan tubuhnya dibelakang punggungku. Situasi ini membuatku tak dapat bicara apa-apa. Pikiranku bertanya kenapa bisa seperti ini? Apakah ini sebuah tanda ataukah ketidak sengajaan Fany?! Aku hanya merasakan hangat dan nyaman saat itu, namun juga membuatku berfikiran tak karuan. Hingga terasa sulit dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin karna aku belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Beberapa hari setelah malam tahun baru itu.
Hari berjalan seperti biasanya. Aku dan Fany tidak pernah membicarakan momment ketika malam tahun baru itu, apalagi moment pulang saat di atas sepeda motor. Aku tak tahu kenapa kita tidak menjadikan itu sebagai topik obrolan saat bertemu. Karna saat itu aku sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara PENSI yang tinggal beberapa hari lagi, aku tidak terlalu memikirkan hal ini berlarut-larut.
Saat-saat seperti ini aku malah mendapatkan perhatian lebih dari Dian. Entah mengapa akhir-akhir ini Dian begitu perhatian.
Ketika di selang acara makan-makan dengan teman-teman OSIS untuk merayakan kesuksesan PENSI sekolahku. Aku iseng-iseng sms Dian.
“Sore Dian, lagi apa de?”
“Lagi dirumah aja kaka, sambil baca-baca buku, kaka lagi apa?”
“Ini mau makan-makan de, Dian mau ikut ga? ”
“Boleh ka, mau makan dimana?”
Dirumah teman kaka, lagi acara makan bareng temen-temen OSIS de, ayoo kaka jemput ya?”
Yaah maaf ya ka, kalo bareng teman-teman kaka Dian ga mau ikut.
Yaudah, nanti kapan-kapan kita maka bareng yuk!
Iya kaka, makannya yang banyak yah ka :)”
Sms-an dengan Dian membuat hatiku sejuk walaupun udara begitu panasnya. Aku tidak tahu mengapa perasaanku mulai tersentuh oleh Dian, tapi aku juga mengingat Fany yang juga menemani hari-hariku kemarin.
Malam itu di tengah kegalauanku karna dua gadis ini. Aku sms Dian secara tidak sadar.
“Malem de, sebenarnya kaka suka sama kamu tapi mungkin ga ya kita jadian?”
Ketika pesan itu terkirim, aku kaget sekali. Aku tidak berpikir secara matang untuk mengirim pesan itu. Dan tiba-tiba ada pesan masuk dari Dian.
“Loh kenapa gak mungkin! ga salah kok kak kalo kita jadian.”
Sontak aku makin kegirangan gak jelas melihat balasan sms dari Dian. Segera kubalas smsnya, “Kalau gitu Dian mau donk jadi pacar kaka?”
Setelah mengirim sms itu aku makin deg-deg-an tak karuan apa pesan yang akan masuk nantinya.
“Ade mau kok jadi pacar kaka.” Melihat jawaban sms Dian yang dengan polosnya menerimaku, aku kegirangan sambil loncat-loncat di atas kasur dan mengeluarkan beribu ekpresi senang. Akhirnya aku menemukan siapa pemenang dalam permainan monopoli cinta ini.
Beberapa hari kemudian Fany mengirim sms kepadaku, “Oohhhh jadi sekarang jadian nih sama Dian, cukup tau!!!”
Setelah membaca sms itu aku kaget, aku baru ingat bahwa Fany juga  berteman dengan Dian. Aku akan galau sekali jika Dian tahu bahwa aku juga dekat dengan Fany sebelumnya.
Esoknya di sekolah aku bertemu dengan Dian. Dia berkata seraya menangis, “Kaka aku barusan dilabrak Fany, sebenarnya ada hubungan apa sih kaka sama Fany?”
“Kaka ga ada hubungan apa-apa de dengan Fany,” jawabku.
“Terus kenapa Fany tiba-tiba bilang kalau Dian merebut kaka dari Fany?”
“Oke kaka jujur, sebenernya dulu memang kaka dekat dengan Fany, tapi entah kenapa, hati kaka lebih memilih kamu daripada dia, dan sekarang kaka tidak ada perasaan sama sekali pada Fany” jelasku panjang lebar.
Beberapa hari kemudian aku mendengar bahwa Fany jadian dengan sahabat dekatku sendiri. Aku tidak tau bagaimana kisah mereka. Tapi di hari-hari berikutnya aku menemukan sms dari Fany yang berkata, “Ka Riki, aku kalo ngeliat kaka pake jaket merah itu, aku jadi teringat pada malam tahun baru itu dan aku ingin seperti itu kembali...”
Aku tidak tau maksud dari sms Fany dan aku hanya membalas, “Kaka pingin de,nanti kita bareng-bareng ya berempat ke tempat itu lagi pada malam tahun baru.”
Dan aku mendapat dan memilih cinta dari pada nafsu.

0 komentar:

Posting Komentar